JATIBANTENG- Budaya gotong royong masyarakat Desa Pategalan, Kecamatan Jatibanteng, Situbondo, Jawa Timur, masih terjaga. Puluhan warga bahu membahu membangun jembatan yang menghubungkan dua desa. Suasana kebersamaan terlihat sangat kental. Canda tawa terdengar saat warga begitu kompak membuat jembatan.
AwalulRahmah, warga setempat kepada Serambinews.com, Selasa (11/1/2022) menyebutkan, bahwa pemuda desa bersama para tokoh masyarakat melakukan gotong royong untuk membuat rakit supaya akses di kawasan itu tidak terputus. "Rakitnya terbuat dari bambu dengan lantai papan yang bisa dinaiki warga dan juga sepeda motor. Berdasarkan kesepakatan, untuk sepeda motor tarifnya Rp 10.000, untuk warga
Gotongroyong dilaksanakan mulai pukul 07.00 wib sampai dengan pukul 10.00 wib dimana masyarakat meluangkan waktu untuk membenahi jembatan rusak tersebut . lalu saya melakukan gerakan membantu kurang lebihnya memberikan masker baru bagi masyarakat agar terlindungi dari debu dan dari covid -19 saat ini yang sedang meraja lela di dunia.
GotongRoyong Membangun Jembatan Dayak Kalimantan - Berita Utama , Kabar Daerah - 34 views Sanggau, Selasa (23/03/2021) Satgas Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) Imbangan ke 110 Ta 2021 melaksanakan kegiatan gotong royong bersama warga Desa Engkasan Kecamatan Tayan Hulu kabupaten Sanggau dalam rangka membangun jembatan.
Gotongroyong membangun jembatan penghubung antar desa. G. Upaya Guna Melestarikan Gotong Royong. Upaya untuk melestarikan gotong royong merupakan salah satu harapan semua anggota masyarakat agar semangat gotong royong selalu ada dan tetap lestari. Jangan sampai hal tersebut, nantinya memudar seiring dengan majunya zama era digital.
Jembatandarurat dari batang bambu, yang dibangun warga secara gotong royong, Jumat (19/2/2021). Meski tiap kali kedalaman air bertambah, jembatan sementara selalu hanyut ditebawa arus air, warga
SINTANG- Pasca Jembatan Jempal ambruk dilintasi truk bermuatan 200 keping kayu, warga Desa Landau Bara, Kecamatan Kayan Hulu, Sintang, Kalimantan Barat (Kalbar) terpaksa gotong royong membuat
GotongRoyong Bangun Jembatan Darurat. BANGUN JEMBATAN BAMBU: TNI bersama BPBD dan warga Dusun Gendir, Desa Klungkung, Kecamatan Sukorambi, membuat jembatan darurat dari bambu, Minggu (1/3) kemarin. JEMBER, RADARJEMBER.ID - Putusnya akses jembatan penghubung dua kecamatan yakni Sukorambi dan Patrang di Dusun Gendir, Desa Klungkung, Kecamatan
SDh2le. KORDANEWS – Kompak dan menginspirasi, meski tanpa upah dan hanya bermodalkan semangat gotong-royong, warga Dusun 3 Desa Simpang Bayat berhasil membangun jembatan yang menghubungkan antara Dusun 2 dan Dusun 3 Desa Simpang Bayat, Kecamatan Bayung Lencir, Muba melalui program Padat Karya Tunai PKT.Program PKT ini adalah program pembangunan Desa yang memberdayakan warga Desa setempat, biasanya warga yang terlibat menerima berbeda dengan warga Dusun 3 Desa Simpang Bayat, Kecamatan Bayung Lencir, Muba, yang rela menghibahkan upahnya untuk pembelian material bangunan jembatan. Tak tanggung-tanggung secara bergotong royong membangun jembatan satu warga Dusun 3 Desa Simpang Bayat, Roni, mengaku warga semua kompak secara bersama membangun jembatan yang menghubungkan Dusun 1 dan Dusun 2.“Ya karena memang satu-satunya akses warga, jembatan yang lama sudah lapuk, apalagi disini rawan sering kebanjiran air sungai meluap, jadi mesti dibangun yang permanen, kami ikhlas gotong royong, upah kami kami hibahkan kembali untuk membeli material bangunan jembatan ini,” Kades Simpang Bayat, Alek membenarkan adanya pembangunan jembatan di Dusun 3 Desa Simpang Bayat melalui program PKT ADD/K APBD Muba tahun 2020. Pihaknya juga membenarkan adanya warga yang rela menghibahkan Harian Orang Kerja HOK.“1434 HOK yang dihibahkan senilai Rp 155 juta. Dengan 75 juta untuk pembelian material. Jadi dengan jumlah itu bisa membangun jembatan yang lebih pakem dan permanen, terimakasih kepada Pak Bupati Dodi Reza Alex, melalui program ini masyarakat sangat gembira akan adanya pembangunan di Desa, terutama jembatan ini sudah 5 tahun dinantikan warga,” Camat Bayung Lencir, M Imron, keistimewaan program Padat Karya Tunai di Desa Simpang Bayat ini adanya rasa memiliki dan kekompakan yang ditunjukkan oleh warga.“Memang PKT ini melibatkan warga, tapi yang lebih keren disini warga secara sukarela menghibahkan upah mereka demi membangun jembatan yang kokoh untuk kepentingan akses transportasi hasil kebun warga itu sendiri,” kata Muba Dr Dodi Reza Alex mengapresiasi semangat gotong-royong dan rasa kebersamaan serta rasa memiliki yang ditunjukkan oleh warga Desa Simpang Bayat.“Luar biasa apa yang dilakukan oleh warga Desa Simpang Bayat ini, mereka rela membangun jembatan yang permanen tanpa menerima upah, saya salut mendengar ada warga yang sangat tangguh seperti ini, memang program Padat Karya Tunai ini merupakan program Pemkab Muba di masa pandemi dalam upaya percepatan pembangunan dan pemulihan ekonomi Desa,” Daerah Inovatif ini menambahkan, apa yang sudah dilakukan warga Simpang Bayat Bayung Lencir ini harus diikuti oleh Kecamatan lainnya di Muba. “Semangat kebersamaan dan gotong-royong ini harus ditularkan ke Kecamatan lainnya, ini gerakan nyata merealisasikan pembangunan daerah,” tandasnya. tsEditor Surya SLoading...
Jembatan Yondo mPamona di Kota Tentena, Poso setelah dilakukan renovasi penuh. Jembatan ini dianggap sebagai simbol persatuan karena proses pembangunannya yang dikerjakan masyarakat secara gotong royong pada abad ke 20. Foto Tim PaluPosoDanau Poso merupakan satu dari 10 danau purba di Indonesia dan menjadi kebanggaan masyarakat karena dianggap memberikan kehidupan untuk masyarakat sejak dulu hingga yang tinggal di sekitar Danau Poso memiliki ragam budaya serta tradisi turun-temurun dan kemudian menjadi kehidupan yang bernilai dan dipertahankan hingga pembangunan mulai mengikis budaya dan tradisi yang dianggap sebagai nilai sejarah persatuan dan kesatuan masyarakat di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, khususnya masyarakat yang menggantungkan kehidupannya di Danau Poso.“Bukan menolak pembangunan tetapi pentingkan nilai-nilai sejarah yang dipercaya masyarakat dan dianggap bernilai untuk kesejahteraan dan persatuan kami,” kata Ketua Dewan Adat Kelurahan Pamona Kristian Bontinge kepada media ini, Kamis 22/9.Salah satu bangunan yang dianggap sebagai sejarah dan memiliki nilai budaya yakni jembatan Yondo mPamona.“Bagi kami jembatan Yondo mPamona adalah monumen lambang gotong royong masyarakat karena proses pembangunannya yang bernilai budaya,” mPamona merupakan jembatan di sungai Poso, Kota Tentena yang dibangun sekitar abad ke-20 oleh masyarakat Poso dan dilakukan secara gotong itu dibangun dengan menggunakan kayu Kulahi sebagai tiang-tiangnya, kemudian gelagarnya yang tersusun berasal dari kayu pohon kacang hutan, sementara lantai dan relnya dari lembaran papan Jurnalis Palu tengah melintas di Jembatan Yondo mPamona di Kota Tentena, Poso. Jembatan ini dianggap sebagai simbol persatuan karena proses pembangunannya yang dikerjakan masyarakat secara gotong royong pada abad ke 20. Foto Tim PaluPoso“Masing-masing mereka membawa kayu dan bambu dan mulai membangun jembatan secara gotong royong dengan pengetahuan orang tua dulu yang sangat terbatas,” cerita Kristian, era tiga puluhan tiang-tiang dan lantai jembatan diperbaharui dan diberi atap, pengerjaannya juga masih dilakukan secara gotong royong. Kemudian tahun 1966 jembatan tersebut direnovasi pertama kali, di mana bahan yang dari bambu diganti dengan kayu dan atap rumbia diganti seng.“Setiap kali memperbaharui atau merenovasi, pengerjaan jembatan Yondo mPamona selalu dikerjakan secara gotong royong oleh masyarakat,” Kristian, jembatan Yondo mPamona bukan hanya sebagai penyeberangan namun juga bermakna lambang persatuan dan gotong royong yang tergambar dari setiap proses mengaku bangga dan agungkan jembatan Yondo mPamona karena setiap kayu berdiri dan membentang, serta tali yang direntang lurus di sungai Poso itu bernilai persatuan dan gotong royong.“Ketika masih dibuat dengan kayu maka kebersamaan dan gotong royong itu masih ada,” Yondo mPamona pertama kali dibongkar tahun 1983 dan dibangun kembali dengan bahan baku kayu Kulahi seluruhnya tanpa campuran. Tahun 1983 pun menjadi tahun peresmian jembatan 2019, jembatan Yondo mPamona kembali dibongkar dan menghilangkan ciri khas jembatan dengan mengganti material besi.“Jujur kami sangat kecewa karena menghilangkan ciri khas jembatan itu. Dulu kalau mengajarkan anak soal gotong royong kami hanya akan menunjukkan jembatan Yondo mPamona, sekarang bentuk jembatan saja sudah berbeda,” sesal Kristian. *LI
Bergotong royong membangun jembatan yang menghubungkan antara desa A dan Desa B merupakan contoh hasil kebudayaan masyarakat yang berwujud a. gagasan b. tindakanc. karyad. warisan Jawaban kalo salah